Logo

Attachment

Rab, Agu 2023
Attachment pada anak

Parents, pastinya beberapa dari kita sudah tidak asing dengan istilah attachment. Attachment merupakan hubungan mendalam yang terbentuk antara anak dan orang tua atau pengasuh (caregiver), yang sudah dimulai sejak awal masa perkembangan. Attachment menggambarkan kondisi rasa nyaman, rasa aman, serta rasa percaya yang dimiliki anak terhadap orang tua atau pengasuhnya (caregiver). 

Attachment yang terbentuk pada diri anak akan berdampak pada perkembangan otak, perkembangan kognitif, konsep diri, serta perkembangan emosi dan sosial anak. Attachment menentukan pandangan anak terhadap dirinya, pengasuh (caregiver), serta kehidupan yang dimilikinya. 

Secara garis besar, attachment terbagi menjadi dua jenis yakni attachment yang bersifat secure (aman) dan insecure (tidak aman). 

Secure attachment merupakan tipe attachment yang diharapkan tumbuh pada diri anak, dicirikan dengan memilki self-esteem yang baik, lebih dapat meregulasi emosinya saat merasa tidak nyaman,  serta kemandirian dalam kemampuan sosial maupun akademis. Dengan orangtua/caregiver menjadi “secure base” bagi anak, sehingga anak berani mencoba dan mengeksplorasi lingkungannya. Anak dengan secure attachment cenderung lebih resilience, serta lebih dapat berempati terhadap orang lain. 

 Sedangkan Insecure attachment terbagi menjadi tiga tipe yakni ambivalent, avoidant, dan disorganized.

Ambivalent attachment (disebut juga anxious attachment) dicirikan dengan sifat clingy pada pengasuh, akan tetapi akan cenderung tidak langsung menerima kedekatan emosional saat ditenangkan. Anak dengan ambivalent attachment juga cenderung takut dan tidak percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungannya, serta banyak bergantung dan butuh banyak reassurance dari orangtua/pengasuh. Umumnya ambivalent attachment terbentuk karena pola pengasuhan orangtua yang tidak konsisten, dimana terkadang orangtua dapat bersikap supportif dan responsif terhadap kebutuhan anak, namun terkadang justru tidak melakukan itu.  Beberapa contoh anak dengan ambivalent/anxious attachment seperti anak yang menangis saat bangun tidur tidak melihat orangtua/pengasuhnya,  tidak mau ditinggal orangtua /pengasuh sehingga harus selalu dalam 1 ruangan, takut untuk berpisah dari orangtua/pengasuh saat mau sekolah, dan anak yang cemas saat berada dalam suatu situasi / lingkungan baru. 

Avoidant Attachment (disebut juga dismissive attachment) dicirikan dengan ketidakpedulian anak terhadap keberadaan pengasuhnya. Anak terlihat sangat sedikit berinteraksi dengan orangtua/pengasuhnya, serta tidak peduli saat orangtua/ pengasuh hadir maupun meninggalkan dirinya. Anak dengan avoidance attachment cenderung lebih menarik diri dari lingkungan, kurang dapat percaya dengan orang lain, menghindari konflik, kurang dapat mengekspresikan perasaannya dan kurang nyaman dengan kontak fisik/sentuhan. Walaupun terkesan anak yang mandiri dan memiliki penilaian akan diri yang positif, namun ia cenderung negatif dalam menilai orang lain/lingkungan, dimana ia sebenarnya takut mengalami penolakan dari orang lain/lingkungannya sehingga menghindari kedekatan dengan orang lain.  

Disorganized Attachment (disebut juga fearful-avoidant attachment) dicirikan dengan kebingungan, ketakutan, serta disorientasi yang kerap tampak pada diri anak. Pada disorganized attachment anak ingin dekat maupun mendapatkan perhatian dan kasih sayang cinta dari orangtua/pengasuh namun di sisi lain anak juga takut terhadap mereka, karena umumnya orangtua/pengasuh bersikap kurang peduli, memarahi, bahkan menghukum anak ketika anak sedang merasa tidak nyaman dan ingin ditenangkan. Hal ini membuat anak takut terluka, takut mengalami penolakan, memiliki penilaian yang negatif, baik akan dirinya maupun orang lain. Hal ini membuat anak cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah, merasa tidak disayangi, sulit dalam bersosialisasi dan menjalin pertemanan. Anak dengan tipe attachment ini dapat pula menunjukkan resistensi atau penolakan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga sulit dalam mengikuti aturan.

Parents, tentunya kita selalu menginginkan yang terbaik bagi anak. Secure attachment merupakan pola attachment yang ingin kita kembangkan pada diri anak.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membangun secure attachment pada anak sejak dini:

  • Memberikan ruang bagi anak untuk memahami dan meregulasi emosi 
  • Menjadi tempat bagi anak untuk mendapatkan rasa aman, kenyamanan, dan kebahagiaan
  • Menjalin kedekatan dengan anak sekaligus memberikan ruang untuk mengeksplorasi lingkungannya secara mandiri
  • Menjaga kontak fisik seperti pelukan, sentuhan, dan menggendong
  • Bersikap responsif dan dapat diandalkan oleh anak secara fisik maupun emosional.

Materi oleh: Stella Tirta, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Hubungi Kami
Hubungi WA Klinik Pela 9 terdekat
Daftar Sekarang
crosschevron-downarrow-up