Logo
Logo
Theraplay

Parents, masih ingatkah pembahasan kita mengenai attachment

Seperti yang sudah dibahas pada artikel sebelumnya, attachment merupakan hubungan mendalam antara anak dengan orang tua atau pengasuhnya yang dimulai sejak awal masa perkembangan. Attachment menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan berdampak pada perkembangan otak, perkembangan kognitif, konsep diri, serta perkembangan emosi dan sosial anak. Selain itu, attachment juga menentukan pandangan anak terhadap dirinya, pengasuh, serta kehidupan yang dimilikinya.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membangun attachment yang baik atau secure attachment bersama anak adalah metode theraplay. Theraplay merupakan pendekatan terapi yang terfokus pada hubungan antara anak dan orang tua atau pengasuh menggunakan aktivitas bermain. Terdapat empat dimensi atau komponen yang difokuskan dalam theraplay, yakni structure, engagement, nurture, serta challenge

Komponen structure berfokus untuk membangun kepercayaan pada diri anak bahwa orang tua atau pengasuh merupakan sosok pemimpin. Komponen ini bertujuan untuk membangun regulasi dan kontrol diri pada anak, dengan menekankan bahwa orang tua atau pengasuh merupakan pihak yang menentukan batasan, perintah, dan perlindungan bagi anak. 

Komponen engagement berfokus untuk membangun koneksi orang tua atau pengasuh dengan anak secara positif dan menyenangkan. Komponen ini bertujuan untuk memberikan pengalaman interaksi positif yang dirasakan oleh anak dengan orang tua atau pengasuhnya, agar anak merasa dilihat dan dimengerti. 

Komponen nurture berfokus untuk membangun kepercayaan pada diri anak bahwa dirinya layak diperhatikan dan dikasihi tanpa harus meminta. Komponen ini bertujuan untuk membuat anak merasa bahwa dunia adalah tempat yang aman dan hangat, serta orang tua atau pengasuh akan melindungi dan memberikan kenyamanan pada dirinya. 

Komponen challenge berfokus untuk mendukung anak untuk berani mengambil resiko guna membangun sense of confidence dan sense of competence. Aktivitas komponen challenge disesuaikan dengan usianya. Komponen ini bertujuan untuk mendorong anak bereksplorasi dan berkembang, serta membuatnya merasa usahanya dihargai. 

Bagaimana, parents? Setelah membaca informasi di atas, apakah metode theraplay dapat menjawab kegundahan anda? Untuk lebih pastinya, parents dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan psikolog ya. Agar metode terapi yang digunakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan anda dan keluarga.

Untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi bagian pendaftaran di no:

Materi oleh: Stella Tirta, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Attachment pada anak

Parents, pastinya beberapa dari kita sudah tidak asing dengan istilah attachment. Attachment merupakan hubungan mendalam yang terbentuk antara anak dan orang tua atau pengasuh (caregiver), yang sudah dimulai sejak awal masa perkembangan. Attachment menggambarkan kondisi rasa nyaman, rasa aman, serta rasa percaya yang dimiliki anak terhadap orang tua atau pengasuhnya (caregiver). 

Attachment yang terbentuk pada diri anak akan berdampak pada perkembangan otak, perkembangan kognitif, konsep diri, serta perkembangan emosi dan sosial anak. Attachment menentukan pandangan anak terhadap dirinya, pengasuh (caregiver), serta kehidupan yang dimilikinya. 

Secara garis besar, attachment terbagi menjadi dua jenis yakni attachment yang bersifat secure (aman) dan insecure (tidak aman). 

Secure attachment merupakan tipe attachment yang diharapkan tumbuh pada diri anak, dicirikan dengan memilki self-esteem yang baik, lebih dapat meregulasi emosinya saat merasa tidak nyaman,  serta kemandirian dalam kemampuan sosial maupun akademis. Dengan orangtua/caregiver menjadi “secure base” bagi anak, sehingga anak berani mencoba dan mengeksplorasi lingkungannya. Anak dengan secure attachment cenderung lebih resilience, serta lebih dapat berempati terhadap orang lain. 

 Sedangkan Insecure attachment terbagi menjadi tiga tipe yakni ambivalent, avoidant, dan disorganized.

Ambivalent attachment (disebut juga anxious attachment) dicirikan dengan sifat clingy pada pengasuh, akan tetapi akan cenderung tidak langsung menerima kedekatan emosional saat ditenangkan. Anak dengan ambivalent attachment juga cenderung takut dan tidak percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungannya, serta banyak bergantung dan butuh banyak reassurance dari orangtua/pengasuh. Umumnya ambivalent attachment terbentuk karena pola pengasuhan orangtua yang tidak konsisten, dimana terkadang orangtua dapat bersikap supportif dan responsif terhadap kebutuhan anak, namun terkadang justru tidak melakukan itu.  Beberapa contoh anak dengan ambivalent/anxious attachment seperti anak yang menangis saat bangun tidur tidak melihat orangtua/pengasuhnya,  tidak mau ditinggal orangtua /pengasuh sehingga harus selalu dalam 1 ruangan, takut untuk berpisah dari orangtua/pengasuh saat mau sekolah, dan anak yang cemas saat berada dalam suatu situasi / lingkungan baru. 

Avoidant Attachment (disebut juga dismissive attachment) dicirikan dengan ketidakpedulian anak terhadap keberadaan pengasuhnya. Anak terlihat sangat sedikit berinteraksi dengan orangtua/pengasuhnya, serta tidak peduli saat orangtua/ pengasuh hadir maupun meninggalkan dirinya. Anak dengan avoidance attachment cenderung lebih menarik diri dari lingkungan, kurang dapat percaya dengan orang lain, menghindari konflik, kurang dapat mengekspresikan perasaannya dan kurang nyaman dengan kontak fisik/sentuhan. Walaupun terkesan anak yang mandiri dan memiliki penilaian akan diri yang positif, namun ia cenderung negatif dalam menilai orang lain/lingkungan, dimana ia sebenarnya takut mengalami penolakan dari orang lain/lingkungannya sehingga menghindari kedekatan dengan orang lain.  

Disorganized Attachment (disebut juga fearful-avoidant attachment) dicirikan dengan kebingungan, ketakutan, serta disorientasi yang kerap tampak pada diri anak. Pada disorganized attachment anak ingin dekat maupun mendapatkan perhatian dan kasih sayang cinta dari orangtua/pengasuh namun di sisi lain anak juga takut terhadap mereka, karena umumnya orangtua/pengasuh bersikap kurang peduli, memarahi, bahkan menghukum anak ketika anak sedang merasa tidak nyaman dan ingin ditenangkan. Hal ini membuat anak takut terluka, takut mengalami penolakan, memiliki penilaian yang negatif, baik akan dirinya maupun orang lain. Hal ini membuat anak cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah, merasa tidak disayangi, sulit dalam bersosialisasi dan menjalin pertemanan. Anak dengan tipe attachment ini dapat pula menunjukkan resistensi atau penolakan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga sulit dalam mengikuti aturan.

Parents, tentunya kita selalu menginginkan yang terbaik bagi anak. Secure attachment merupakan pola attachment yang ingin kita kembangkan pada diri anak.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membangun secure attachment pada anak sejak dini:

Materi oleh: Stella Tirta, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Siapkah Anak Anda untuk Bersekolah?, Klinik Pela 9

Halo Parents!

Dalam mempersiapkan anak mulai sekolah di bulan Juli saat akan dimulai tahun ajaran baru, mungkin ada banyak kekhawatiran yang dirasakan orang tua. Terutama mengenai sudah siap belum sih anak kita untuk mulai bersekolah?

Parents, setiap anak tentu berbeda, antara satu anak dengan anak yang lain. Salah satu hal yang bervariasi pada setiap anak adalah kesiapan bersekolah. Anak dapat dikatakan siap bersekolah apabila telah mencapai tingkat perkembangan fisik, bahasa, kognisi, dan sosio-emosional yang diperlukan untuk berhasil di sekolah.

Aspek perkembangan pertama adalah aspek fisik yang terbagi menjadi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar mencakup pergerakan besar seperti berlari, melompat, serta mengkombinasikan beberapa gerakan yang akan membantu anak beraktivitas fisik di sekolah serta mengikuti mata pelajaran olahraga. Motorik halus mencakup pergerakan kecil seperti koordinasi visual-motorik yang akan membantu anak dalam aktivitas menulis, menggambar, menggunting, dan sebagainya. 

Aspek perkembangan kedua adalah aspek bahasa yang terbagi menjadi bahasa reseptif, bahasa ekspresif, dan artikulasi. Bahasa reseptif membantu anak untuk memahami informasi verbal seperti pertanyaan dan instruksi tugas, sedangkan bahasa ekspresif membantu anak untuk menyampaikan pemikiran, ide, dan pendapat yang dimilikinya secara terstruktur. Kemampuan artikulasi membuat pelafalan anak terdengar jelas saat mengucapkan kata atau kalimat. 

Aspek perkembangan ketiga yakni aspek kognitif, yang memungkinkan anak untuk memiliki kemampuan membedakan bentuk, memahami pertanyaan, memahami instruksi tugas, mengonstruksi respon yang sesuai, melakukan perhitungan sederhana, serta memecahkan masalah sesuai tahap usia perkembangannya. 

Aspek keempat yakni aspek sosio-emosional yang ditandai dengan kepekaan anak terhadap lingkungan sekitarnya, serta kesesuaian tindakan berdasarkan norma yang berlaku. Di sekolah anak menghadapi beberapa tantangan seperti aturan, ketepatan waktu dan norma bersosialisasi dengan teman-teman.

Aspek terakhir yang perlu diperhatikan yakni aspek kemandirian pada diri anak. Saat  mulai memasuki lingkungan sekolah, anak dituntut untuk memiliki kemandirian dalam menjalani kesehariannya. Kemandirian tersebut sangat diperlukan guna memenuhi berbagai kegiatan di sekolah seperti makan secara mandiri, pergi ke toilet, merapikan baju seragam, mengikat tali sepatu, mengganti pakaian, dan lain sebagainya. 

Parents, setelah mendalami lima aspek perkembangan di atas, kira-kira langkah apakah yang dapat diambil untuk memastikan kesiapan anak untuk bersekolah? Tentunya, menemui psikolog yang tepat dapat menjadi jawaban. Psikolog dapat mendampingi parents dalam mendeteksi kesiapan anak untuk bersekolah dengan proses anamnesa, observasi, berbagai tes yang terukur, serta penyusunan rancangan terapi apabila anak memerlukannya. Proses-proses tersebut juga dapat membantu parents dalam menentukan sekolah yang sesuai untuk anak berdasarkan hasil yang telah didapat. Perlu diingat, pemilihan sekolah harus disesuaikan dengan profil perkembangan dan kebutuhan anak agar anak mampu berproses secara optimal. Karena tentu saja sebagai orang tua, kita selalu ingin yang terbaik untuk anak ya parents.

Materi oleh: Wanda Anastasia, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Mengenal Play Therapy: Bermain sebagai Wadah Pembelajaran, Klinik Pela 9

Halo Parents,

Pernahkah Anda mendengar istilah play therapy? Play therapy merupakan sebuah pendekatan terapi dengan menggunakan metode bermain. Sejalan dengan namanya yang terdengar menyenangkan, media yang bisa digunakan pun juga sangat variatif seperti menggunakan gambar, musik, cerita, dan permainan-permainan relaksasi. Pemilihan media yang akan digunakan dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pasien ataupun diarahkan oleh terapis sesuai dengan kebutuhan masalah yang ingin diterapi. 

Play therapy dapat diterapkan untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa yang memiliki masalah dalam ranah emosi atau tingkah laku. Namun, pada umumnya, play therapy digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang bersumber dari lingkungan sekitar seperti trauma yang disebabkan oleh kekerasan atau perceraian orang tua. 

Dalam pelaksanaannya, play therapy dapat bekerja secara efektif apabila dilakukan sebanyak minimal 12 sesi pertemuan. Namun, jumlah sesi terapi dapat pula disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pada umumnya, play therapy dilakukan secara individual, akan tetapi dapat pula dilakukan secara kelompok apabila diperlukan. Play therapy kelompok tentunya hanya dapat dilakukan apabila pasien-pasien dalam satu kelompok memiliki masalah atau keluhan yang sama.

Nah, bagaimana parents? Tentunya metode play therapy terdengar menyenangkan dan dapat menjadi salah satu alternatif dalam memilih metode terapi bagi anggota keluarga tersayang. Namun, sebelum memutuskan untuk menjalani terapi, tentunya konsultasi bersama psikolog diperlukan untuk memastikan bahwa metode tersebut merupakan metode yang paling tepat untuk diterapkan. 

Saat ini layanan Konsultasi dengan Play Therapy sudah tersedia di Klinik Pela 9 Kebayoran, Pela 9 Education Center Kemang, serta Klinik Pela 9 Bintaro (Coming Soon). Untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi bagian pendaftaran di no:

Apakah Speech Delay Berarti Autism?

Halo Parents,

Kekhawatiran terbesar orang tua pada yang anak mengalami speech delay biasanya adalah gangguan autisme. Namun, apakah anak yang mengalami speech delay artinya anak pasti mengalami autisme? Tentu saja tidak. Pemasalahan bicara umum terjadi pada anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), namun speech delay bukan berarti anak memiliki gangguan autisme. Perlu diketahui bahwa autisme adalah gangguan perkembangan otak yang dapat memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, berinteraksi, ataupun perilakunya. Sebagai orang tua, kita perlu paham tentang perbedaan anak dengan speech delay dan autisme ya.

Anak yang mengalami speech delay biasanya tidak dapat mengucapkan kata sederhana, seperti "Mama" atau "Papa" dengan jelas di usia 12-15 bulan. Sementara anak autisme di usia yang sama mungkin bisa mengucapkan kata "Mama" atau "Papa" tetapi tidak bisa menggunakannya untuk berkomunikasi. Anak dengan ASD cenderung mengulang kata atau gestur tertentu untuk dirinya sendiri. Jadi, speech delay pada anak dengan ASD biasanya terjadi bersamaan dengan masalah komunikasi lainnya, seperti tidak merespon saat namanya dipanggil dan tidak menunjukkan minat untuk berinteraksi dengan orang lain.

Jadi, perlu diingat bahwa terlambat berbicara atau sulit berkomunikasi bukan berarti anak mengidap autisme ya. Untuk memastikan lebih lanjut apakah anak mengalami speech delay karena keterlambatan perkembangan atau karena autisme, orang tua perlu memeriksa anak ke dokter atau psikolog. Hal ini sangat penting supaya kita bisa tahu penanganan terbaik bagi kondisi anak.

Cek jadwal dokter dan psikolog di Klinik Pela 9

Bagaimana Jika Anak Mengalami Speech Delay?

Dear Parents,

Pernahkan anda merasa, “Anak saya sepertinya menunjukkan tanda-tanda speech delay, apa yang harus dilakukan ya?”.

Langkah pertama, parents dapat mencari tahu secara jelas kondisi anak. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya speech delay. Ada beberapa faktor yang umum menyebabkan speech delay hal seperti gangguan pendengaran, kelainan genetik, masalah perilaku, keterlambatan perkembangan secara umum, atau hal lainnya. Oleh karena itu, diagnosis yang spesifik menjadi sangat penting agar program terapi dapat berjalan dengan efektif dan tepat sasaran. 

Selain itu, orang tua juga bisa melakukan cara-cara berikut dalam kegiatan sehari-hari bersama anak untuk mendorong perkembangan bahasa anak:

Selamat mencoba!

dua anak sedang berbisik dan mendengar

Halo Parents,

Kali ini kita mau sedikit membahas mengenai Speech Delay ya. Tentunya parents sudah sangat familiar dengan kata speech delay kan? Sebagai orang tua, salah satu yang sangat kita perhatikan pada tumbuh kembang anak adalah perkembangan kemampuan bicaranya. Tentu kita jadi sering sekali mendengar mengenai speech delay di berbagai media, dari dokter maupun psikolog, serta guru dan pemerhati perkembangan anak. 

Speech delay atau keterlambatan bicara dapat terjadi pada anak usia dini. Seorang anak dikatakan speech delay ketika kemampuan berbicaranya baik secara ekspresif maupun reseptif tidak sesuai dengan usianya. Anak mungkin dikatakan mengalami speech delay jika tidak memenuhi developmental milestone yang sesuai untuk usianya. Misalnya anak usia 2 tahun pada umumnya dapat mengucapkan sekitar 50 kata dan berbicara dalam kalimat dua dan tiga kata. Pada usia 3 tahun, kosakata mereka meningkat menjadi sekitar 1.000 kata, dan mereka berbicara dalam kalimat tiga dan empat kata. Secara umum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua terkait milestone anak.

Namun, perlu kita ingat bahwa speech delay bukan diagnosis ilmu kedokteran melainkan hanya sebuah istilah dalam perkembangan anak. Dan ada kalanya speech delay merupakan gejala dari permasalahan lain dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, diagnosis yang spesifik menjadi sangat penting agar program terapi dapat berjalan dengan efektif dan tepat sasaran.

Orang tua juga tidak perlu terlalu khawatir karena setiap anak akan berkembang dengan kecepatan dan cara yang berbeda-beda. Itulah sebabnya mengapa developmental milestone untuk anak-anak terdiri dari berbagai rentang waktu dan bukan pada usia tertentu. Beberapa anak mencapai milestone relatif lebih awal dan beberapa mencapai milestone sedikit kemudian. 

Tapi jangan sampai lengah ya parents, karena jika speech delay pada anak dibiarkan, anak berisiko lebih tinggi mengalami masalah sosial, emosional, perilaku, dan kognitif di masa dewasa. Apabila anak menunjukkan tanda-tanda di atas, orang tua perlu berhati-hati. Sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mengetahui penanganan terbaik anak. Dengan diagnosis yang tepat, penanganan pun dapat dilakukan secara komprehensif ke akar permasalahannya. Dengan demikian diharapkan masalah bicara pada anak juga tertangani dengan optimal. 

Webinar Deteksi Dini Keterlambatan & Gangguan Pada Tumbuh Kembang Anak

Sarana belajar online mengenai pemahaman dasar dan tips praktis mengenai perkembangan anak

Menjelang pendaftaran sekolah, berbagai persiapan sebelum menentukan sekolah pilihan dapat dilakukan sebagai usaha untuk membantu anak meraih cita-citanya. Kesesuaian antara kemampuan dan minat anak dengan kurikulum, metode pengajaran, serta fasilitas merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh anak dan orang tua. Terutama pada jenjang SMA dan Kuliah, di saat anak sudah harus mulai memilih jurusan yang lebih spesifik serta target yang semakin konkret.

Tes Minat Bakat bertujuan untuk menggali minat dan potensi anak, dalam memilih sekolah dan jurusan yang sesuai. Dengan demikian, diharapkan anak dapat menjalani proses belajar yang optimal dan meminimalisir kemungkinan terjadinya problema belajar yang mungkin timbul di kemudian hari.

Layanan ini juga tersedia di:

KLINIK PELA 9 – KEBAYORAN

Jl. Kramat Pela No. 9, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12130
Telp. 021 – 7262849, 7226440, 7205132

KLINIK PELA 9 – TOMANG

Jl. Talaud no. 10, Cideng
Jakarta Pusat, 10150
Telp. 021 – 63854307

KLINIK PELA 9 – BINTARO

Jl. Menteng Raya blok.FA.1/21 sektor 7,
Bintaro Jaya
Tangerang Selatan, 15224
Telp/Fax. 021 – 74864432,74864603

Daftar Sekarang
Hubungi Kami
Hubungi WA Klinik Pela 9 terdekat
Daftar Sekarang
crosschevron-downarrow-up